Rabu, 11 April 2007

Tenetang Melipatgandakan kecerdasan emosi anak

Bismillahirrohmaanirrohiim

Thursday, April 12, 2007 di Kampung Tipar Mekar Sari Cimanggis.

Hari ini aku hampir menyelesaikan membaca buku Melipatgandakan Kecerdasan Emosi Anak, karya Irawati Istadi. Aku sudah sampe halaman 166. aku membaca tulisan Irwawati ini begitu mengalir deras sehingga nggak kerasa tahu-tahu sudah hampir habis aja., dalam memaparkan ide-idenya selalui disertai dengan contoh kehidupan nyata sehari-hari sehingga sambil menyimak buku ini kita bisa langsung praktek Berikut ini catatan yang bisa aku ambil hikmahnya. Dalam Bab I, Beliau bercerita tantang perkembangan 3 anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda akan menghasilkan anak dengan kecerdasan emosional yang berbeda pula. Jangan salahkan lingkungan yang harus dikerjakan orang tua adalah membentengi anak-anak kita dari pengaruh lingkungan. Sebenarnya kunci sukses mendidik terletak pada orang tua, sebagaimana Rasulullah SAW, bersabda: “Tiap bayi dilahirkan dalam keaadan suci (fitrah Islami). Ayah ibunyalah yang kelak menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi (penyembah api dan berhala).(HR. Bukhari)

Lima Tahun awal yang sangat menentukan. Dalam sub bab ini, Irawati menyarankan kepada kita para orang tua untuk mengenal dan menginventarisir sifat yang terasa cukup mengganggu bagi kita selama ini. Kemudian tengoklah masa anak-anak kita ketika masih balita. Penyebabnya pasti ada di masa itu. Jadi kesimpulannya kalo, anak kita masih di bawah 5 tahun. Inilah kesempatan kita untuk menanamkan benih pendidikan emosi dan kasih sayang dengan sebaik-baiknya.

Dari, Keluarga yang merupakan unit terkecil, dimulai sejak saat ini, mumpung masih kecil perkembangan pesat sampe 80 %..... awas jangan lalai di masa-

masa golden age ini. Makanya kita sebagai orang tua harus bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Anak akan melihat apa dan bagaimana sifat-sifat orang tua untuk ditiru . karena itu, kalo pengen anda ingin anak anda jadi anak yang saleh anda harus sholeh dulu…… Kalo Kita ingin menyuruh anak kit abaca Qur’annya rajin, ya kita juga harus baca Qur’an yang rajin. Kalo anak kita ingin rajin sholat dan ibadahnya ya kita juga musti rajin sholat dan ibadah. Kalo kita ingin anak kita rajin belajar, ya kita juga kudu rajin belajar..

Ingat, kata Irawati dalam bukunya ini, “teladan ayah-ibu di rumah, menjadi pelajaran paling berharga bagi anak. Dari merekalah, kecerdasan emosi anak memperoleh panduannya. Mustahil, memperoleh anak berkepribadian kuat jika ayah-ibunya tak memiliki kecakapan kecerdasan emosi kuat pula.justru pada merekalah terletak semua kuncinya.

Kalo diperici lagi, fungsi ayah dalam mendidik kecerdasan emosi anak-anaknya sedikit Tetapi berkualitas

Kalo Ibu berfungsi sebagai penanam nilai-nilai melalui pembiasaan, yang akan terakumulasi menjadi kepribadian anak. Berbagai macam cara penanaman nilai-nilai kepada anak diantaranya adalaj: disampaikan saat jalan-jalan, sambil berdialog ketika mau bobo, melalui buku cerita, melalui film yang ditonton televisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar